Media Sosial Membuka Ruang bagi Suara Perempuan
Di era digital saat ini, media sosial tentu sudah menjadi konsumsi publik yang sudah banyak berpengaruh dalam membentuk opini publik. Salah satunya adalah tentang kesetaraan gender khususnya bagi perempuan. Dari hasil diskusi yang telah dilakukan oleh para IMMawan dan IMMawati pada 11/10/24 ada beberapa hal yang dapat disimpulkan diantaranya:
1. Media Sosial sebagai Platform untuk Suara Perempuan
Di masa lalu, perempuan seringkali disebut sebagai makhluk yang pasif, emosional, dan sebagainya. Kebanyakan orang menganggap perempuan tidak harus mengikuti perkembangan zaman dan tidak bebas untuk menyuarakan pendapat. Namun sekarang, dengan adanya media sosial perempuan dapat bebas mengekspresikan diri dan bebas bercerita. Bahkan kini banyak kita temukan tentang influencer perempuan, aktivis dan jurnalis yang menggunakan media sosial untuk menantang patriarki dan menyuarakan tentang kesetaraan gender.
Kampanye seperti #MeToo yang viral di seluruh dunia adalah contoh bagaimana perempuan dapat menggunakan media sosial untuk menyoroti isu-isu yang sering kali disembunyikan atau diabaikan oleh masyarakat. Dengan berbagi pengalaman mengungkap dan kekerasan seksual, gerakan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran tentang masalah tersebut tetapi juga mendorong perubahan di berbagai sektor, termasuk hukum, pendidikan, dan tempat kerja.
2. Menggugat Standar Kecantikan yang Sempit
Sering kita temukan di media sosial kebanyakan perempuan dikritik karena standar kecantikannya tidak realistis. Seperti dengan unggahan yang dimodifikasi, penggunaaan filter dan lainnya yang menyebabkan perempuan merasa stres dan terpaksa berusaha mengikuti standar kecantikan yang tidak mungkin tercapai.
Namun di sisi lain, media sosial juga telah melahirkan gerakan untuk mendekonstruksi standar kecantikan yang sempit ini. Gerakan seperti body positivity dan body neutrality telah mendorong perempuan untuk mencintai dan menerima tubuh mereka apa adanya. Perempuan dari berbagai bentuk tubuh, warna kulit, dan ukuran kini semakin sering terlihat di media sosial, menantang definisi kecantikan tradisional yang selama ini mendominasi. Dengan adanya gerakan-gerakan ini perempuan dapat menemukan ruang mereka sendiri dalam memenuhi standar kecantikan.
3. Seksisme dan Pelecehan Daring
Salah satu sisi gelap media sosial dalam representasi perempuan tidak lain dan tidak bukan perempuan sebagai sasaran mengungkapkan keberanian, baik kebencian, kekerasan, atau serangan seksual secara verbal. Padahal memikirkan keberanian sangat berpengaruh dalam kesehatan mental korbannya. Banyak wanita yang menutup akun media sosial mereka karena takut menjadi sasaran serangan dari orang-orang yang suka menghujat.
Maka dengan adanya media sosial, perempuan mempunyai peluang untuk merepresentasikan apa yang perempuan di ranah publik. Walaupun ada pihak yang menjatuhkan perempuan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mempromosikan penggunaan media sosial yang positif dan inklusif. Dalam jangka panjang, media sosial memiliki potensi besar untuk mendorong kesetaraan gender. Namun, perubahan positif ini hanya akan terjadi jika kita secara kolektif mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa platform digital mencerminkan prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow