IMM Fakultas Sains dan Teknologi Terapan Ajak Diskusi: Representasi Perempuan di Era Digital
Yogyakarta, 11 Oktober 2024. Bidang RPK IMM Fakultas Sains dan Teknologi Terapan mengajak teman-teman semua untuk bergabung dalam diskusi menarik bertema: "Representasi Perempuan di Era Digital: Bagaimana Media Sosial Mempengaruhi Kesetaraan Gender?”. Acara yang berlangsung di depan Museum Muhammadiyah, Uniersitas Ahmad Dahlan Kampus 4 ini menghadirkan Maulida Rifqi Rusydiani, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Sains dan Teknologi Terapan Universitas Ahmad Dahlan (PK IMM FAST UAD) dan dimoderatori oleh Nadiya Elva K dari Kader Angkatan 2023
Representasi Perempuan di Era Digital: Antara Pemberdayaan dan Penindasan
Dunia maya, dengan segala kemudahannya, tak hanya menjadi ruang bagi perempuan untuk bersuara, tapi juga menjadi medan pertempuran baru dalam perjuangan kesetaraan gender. Media sosial, sebagai panggung utama di era digital, menawarkan peluang emas bagi perempuan untuk membangun komunitas, berbagi cerita, dan memperjuangkan hak-haknya. Namun, di balik kilauan layar, tersimpan juga potensi penindasan dan eksploitasi yang mengancam.
Media Sosial: Panggung Baru, Suara Baru
Bayangkan, perempuan kini dapat dengan mudah mengakses informasi, berpartisipasi dalam diskusi publik, dan mengorganisir gerakan sosial melalui media sosial. Keterbatasan geografis dan sosial yang selama ini menghambat partisipasi perempuan kini dapat diatasi. Media sosial menjadi wadah bagi perempuan untuk menentang stereotip, mengungkap ketidakadilan, dan memperjuangkan hak-hak mereka.
Gerakan #MeToo, yang viral di media sosial, menjadi bukti nyata kekuatan perempuan dalam menyuarakan pengalaman mereka. Gerakan ini berhasil mengungkap kasus-kasus pelecehan seksual yang selama ini terpendam dan mendorong perubahan sosial yang signifikan. Media sosial memberikan ruang aman bagi para korban untuk bersuara, menemukan dukungan, dan menuntut keadilan.
Bayangan Gelap di Balik Layar
Namun, di balik potensi besarnya, media sosial juga menyimpan sisi gelap yang mengancam perempuan. Cyberbullying, pelecehan online, dan ujaran kebencian berbasis gender menjadi momok yang menghantui perempuan di dunia maya. Kekerasan verbal, ancaman, dan intimidasi yang terjadi di dunia maya dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan kesejahteraan perempuan.
Selain itu, representasi perempuan di media sosial seringkali terjebak dalam objektifikasi dan seksualisasi. Standar kecantikan yang tidak realistis, penekanan berlebihan pada penampilan fisik, dan eksploitasi seksualitas perempuan menjadi hal yang lumrah di media sosial. Hal ini dapat memicu body shaming, gangguan makan, dan rendah diri pada perempuan.
Menavigasi Dunia Maya dengan Bijak
Untuk memaksimalkan potensi media sosial dalam memajukan kesetaraan gender, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak.
- Literasi Digital: Pengetahuan dan keterampilan digital menjadi kunci bagi perempuan untuk menavigasi dunia maya dengan bijak. Perempuan perlu memahami bagaimana algoritma media sosial bekerja dan bagaimana konten yang mereka konsumsi dapat memengaruhi persepsi mereka tentang gender.
- Platform Media Sosial yang Bertanggung Jawab: Platform media sosial perlu bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan digital yang aman dan inklusif bagi perempuan. Mekanisme moderasi konten yang kuat, penindakan tegas terhadap akun-akun yang menyebarkan ujaran kebencian dan melakukan kekerasan online, serta mengembangkan fitur-fitur yang mendukung keamanan dan privasi pengguna menjadi langkah penting.
- Perempuan sebagai Agen Perubahan: Perempuan perlu berperan aktif dalam menciptakan konten yang positif, inspiratif, dan Dengan menguasai narasi di media sosial, perempuan dapat mengubah persepsi publik dan mempromosikan kesetaraan gender.
- Kolaborasi Lintas Sektor: Pemerintah, organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, dan akademisi perlu bekerja sama untuk merumuskan kebijakan dan program yang mendukung pemanfaatan media sosial secara positif untuk memajukan kesetaraan
Representasi perempuan di era digital adalah medan pertempuran baru dalam perjuangan panjang menuju kesetaraan gender. Dengan meningkatkan literasi digital, memperkuat moderasi konten, mendorong partisipasi aktif perempuan, dan melakukan kolaborasi lintas sektor, kita dapat bersama-sama mewujudkan ruang digital yang lebih adil, setara, dan memberdayakan bagi perempuan.
Sartika Ramadani Safitri
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow